Startup Bikinan Arek Mojokerto, Optimistis Kuasai Pangsa Pasar Lokal
PERKEMBANGAN dan pemanfaatan internet terus melesat seiring dengan kemajuan teknologi digital di penjuru daerah. Yang diiringi dengan ditelurkannya aplikasi seperti marketplace atau e-commerce hasil kreasi putra daerah yang bisa diakses melalui berbagai platform dan gadget.
Meski berskala daerah, para developer optimistis mampu bersaing dengan raksasa marketplace nasional untuk menguasai pangsa pasar lokal dengan berbagai inovasi yang terus dikembangkan. Salah satu aplikasi lokal Mojokerto adalah Tumbas. Marketplace yang dikembangkan Disperindag Kabupaten Mojokerto ini bisa diakses melalui berbagai platform. Mulai dari website, android hingga iOS.
Bertahap, aplikasi pelat merah ini terus berkembang dan mulai dilirik pengguna di pasar lokal. Aplikasi marketplace berumur satu tahun ini tersedia di Play Store dan App Store. Di Play Store saja, aplikasi Tumbas sudah diunduh lebih dari 1.000 kali dengan rating 4.3. ’’Alhamdulillah sampai sekarang penggunaan dan capaian aplikasi Tumbas cukup bagus dan terus berkembang. Saat ini sudah ada 4.225 akun pengguna aplikasi (pembeli) yang terdaftar. Dan produknya (UMK serta IKM) juga terus bertambah, sudah sekitar 4.000 produk barang dan jasa,’’’ ujar Kepala Disperindag Kabupaten Mojokerto Iwan Abdillah.
Aplikasi lokal ini telah mencatat angka transaksi tertingginya dalam sebulan. ’’Pada event Tumbas Akeh-akehan 4 April – 7 Mei lalu, yang juga peringatan satu tahun marketplace ini, kita tembus transaksi tertinggi dalam sebulan. Yang biasanya sekitar Rp 40-50 juta, kemarin sampai Rp 178 juta,’’ tambah Iwan.
Transaksi tersebut tak lain merupakan hasil jual-beli sekitar 1.000 seller yang merupakan UMKM dan IKM Bumi Majapahit yang menjajahkan berbagai produk andalannya. Mulai dari produk fresh, kuliner, sembako, fashion, kriya hingga berbagai produk unggulan khas Mojokerto lainnya. Yang mana, bisa diproses dan dikirim di hari itu juga salah satunya lewat sejumlah kurir Tumbas Express yang tersebar di 18 kecamatan.
Menurut Iwan, meningkatnya penggunaan aplikasi tumbas mengindikasikan terbukanya peluang marketplace ini untuk bersaing di pasar lokal. Terlebih tidak semua raksasa marketplace dan e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Gojek maupun Grab menjangkau seluruh wilayah 18 kecamatan. ’’Jadi kita memang fokus ke-scope lokal. Peluang kita ada di wilayah yang tidak terjangkau marketplace nasional itu. Salah satunya di wilayah Dawarblandong, di sana juga transaksi tertinggi Tumbas. Bisa dibilang untuk lokal kita masih belum ada pesaing, terutama di Kabupaten Mojokerto ya,’’ urai alumnus FISIP Unair Surabaya ini.
Peluang itu disambut optimistis menguasai pangsa pasar lokal dengan ditelurkan sejumlah inovasi yang ditelurkan. Di antaranya, dalam waktu dekat sistem pembayaran Tumbas bakal ditambah dengan cash on delivery (COD). Yang sebelumnya hanya tersedia transaksi via cashless seperti QRIS, transfer bank, dan pembayaran lewat mitra mini market.
Tak hanya itu, menyambut Idul Adha fitur jual beli hewan ternak di Tumbas bakal diaktifkan lagi. Setelah Disperindag merampungkan kolaborasi Disperta dalam waktu dekat. ’’Saat ini kita upayakan supaya gratis ongkir bagi para pembeli di aplikasi Tumbas ini bisa berlanjut. Mungkin nanti ada dukungan pemerintah atau subsidi untuk jasa transportasinya. Karena memang pembeli akan senang dan memengaruhi transaksi juga,’’ bebernya.
Itu tak lain sesuai tujuan adanya aplikasi Tumbas. Yakni marketplace yang mewadahi pelaku UMKM dan IKM lokal untuk menggenjot penjualan lewat pemasaran di platform digital. Terlebih, selama ini tidak ada potongan maupun tambahan harga di setiap produk yang diperjual-belikan di Tumbas. ’’Tujuan kita memang untuk mewadahi UMKM dan IKM. Di marketplace lain ada biaya lain-lain dan tambahan harga sampai 20 persen, di Tumbas tidak ada seperti itu,’’ tandasnya. (vad/fen)
0 Comments