Awas! Kekeringan dan Kebakaran Ancam Tujuh Kecamatan di Kabupaten Mojokerto
Pemkab Keluarkan Status Tanggap Darurat
KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Pemkab Mojokerto tetapkan status tanggap darurat bencana kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan (karhutla) di tujuh kecamatan, kemarin (9/6). Dengan begitu, seluruh penanganan akibat musibah itu bakal dibiayai negara.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto Djoko Supangkat menegaskan, penetapan status ini sebagaimana surat Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Juanda Sidoarjo 3 April lalu perihal informasi prakiraan kondisi iklim Jawa Timur sepanjang April sampai Juni. Selain itu, untuk melaksanakan ketentuan sesuai Perda nomor 14 tahun 2011 tentang penanggulangan bencana. ’’Sesuai usulan dan mitigasi yang dilakukan BPBD, bupati akhirnya menetapkan status tanggap darurat bencana kekeringan dan karhutla,’’ ungkapnya, kemarin.
Penetapan status tanggap darurat bencana ini tertuang dalam SK Bupati Mojokerto nomor 188.45/176/HK/416-012/2023. Sesuai SK yang terbit kemarin, dari 18 kecamatan, hanya tujuh kecamatan yang masuk rawan bencana. Meliputi, Kecamatan Ngoro, Trawas, Pacet, Gondang, Jatirejo, Dawarblandong, dan Kemlagi. ’’Jadi, segala biaya yang dibutuhkan di tujuh kecamatan sebagai akibat ditetapkan keputusan bupati ini akan dibebankan pada APBD. Status ini berlaku sampai lima bulan, mulai Juni sampai Oktober,’’ tegasnya.
Sementara 11 kecamatan lainnya, kata Djoko, tak masuk dalam kondisi rawan. Selain tidak memiliki hutan, pemenuhan air bersih di wilayah tersebut sudah dipenuhi jaringan pipa PDAM. ’’Selain itu yang masih punya hutan dan rawan kebakarannya di tujuh kecamatan itu,’’ tuturnya.
Menurutnya, penetapan ini menjadi penting, lantaran sejumlah desa yang menjadi langganan krisis air bersih sejak Mei sudah mengajukan permohonan dropping air untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Meliputi, mandi cuci kakus (MCK) dan kebutuhan untuk hewan ternak. ’’Jadi dengan status tanggap darurat ini, kita langsung jadwalkan Senin lusa bisa melakukan dropping air di tiga desa yang terdampak bencana kekeringan,’’ tuturnya.
Tiga desa itu meliputi Desa Manduromanggunggajah, Kecamatan Ngoro dengan dampak paling banyak sekitar 2.142 warga. Disusul Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro mencapai 1.635 warga, serta Dusun/Desa Duyung, Kecamatan Trawas dengan warga yang terdampak 831 jiwa dari 277 KK. ’’Prinsipnya, dari 4.600-an jiwa yang terdampak kekeringan, segera bisa tertangani,’’ tandasnya. (ori/ron)
0 Comments